Bengkalis, Detaksatu.com : Saat ini Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bengkalis dan Pemerintah Provinsi Riau tengah berusaha mewujudkan Jembatan Selat Bengkalis yang akan menghubungkan Pulau Bengkalis dengan Daratan Sumatera.
Bahkan investor yang akan membangun jembatan yang menjadi impian masyarakat Kabupaten Bengkalis khususnya masyarakat Pulau Bengkalis itu pun sudah ada. Bahkan rilis terakhir dari Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkalis Ersan Saputra menegaskan, investor akan menalangi proyek tersebut 100 persen.
Apa yang disampaikan Ersan Saputra merupakan angin segar dalam perkembangan pembangunan jembatan sepanjang lebih kurang 7 kilometer yang diperkirakan menelan biaya Rp 9 triliun. Namun, kemungkinan besar sampai berakhirnya tahun kabisat 2024 ini, proyek tersebut masih belum dimulai.
Pasalnya, pihak investor tidak akan gegabah menggarap proyek tersebut. Pihak investor pasti akan mengkaji Break Even Point (BEP) agar perusahaan tidak tidak rugi. Untuk itu, pihak investor tentu memerlukan jamin dari Pemerintah Pusat tentang jangka waktu pengembalian investasi yang gelontorkan. Terkait BEP ini, pihak investor meminta pemerintah agar memasukkan proyek Jembatan Selat Bengkalis masuk dalam proyek strategis nasional (PSN).
Ditengah upaya Pemda Bengkalis, Pemprov Riau mengetuk pemerintah pusat agar proyek tersebut masuk PSN 2024, muncul cuitan Syahrul Aidi Maazat, anggota Komisi B DPR RI yang membidangi infrastruktur menyatakan bahwa proyek tersebut tidak masuk PSN 2024 yang diteken presiden. Syahrul mengatakan itu setelah pihaknya menanyakan langsung kepada Dirjen Bina Marga dan Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementrian PUPR.
Cuitan Syahrul Aidi Maazat di media sosial merupakan signal bahwa proyek Jembatan Selat Bengkalis belum akan dimulai tahun ini. Kecuali, ada atensi dari presiden Prabowo Subianto yang dilantik pada 20 Oktober 2024.
Silang pendapat tersebut tak luput dari perhatian Hermansyah, seorang pemuda dari komunitas Suku Sakai. Ia secara pribadi sangat mendukung proyek tersebut. Tetapi juga mengingatkan semua pihak agar mengkaji lebih realistis proyek tersebut. Pasalnya, proyek itu akan menggerus keuangan yang tidak sedikit. Sementara Kabupaten Bengkalis masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak.
“Sebagai pemuda Sakai saya mendukung rencana pembangunan jembatan yang bisa meningkatkan akses antarwilayah di Bengkalis. Namun, kita juga harus jujur melihat bahwa dana yang dibutuhkan sangat besar, sementara di daerah kita masih banyak kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak,” jelas Hermansyah.
Menjaga Keseimbangan Prioritas
Pada kesempatan itu, Hermansyah menekankan, bahwa proyek ini sering disebut sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diharapkan dapat membawa perubahan besar bagi Bengkalis. Namun, hingga saat ini, belum ada kejelasan dari pemerintah pusat mengenai apakah proyek ini benar-benar sudah masuk daftar PSN dan mendapatkan prioritas anggaran nasional.
“Sering kali, proyek seperti ini dijadikan janji politik untuk menarik perhatian. Kita sebagai masyarakat perlu bijak, jangan sampai terbuai. Harus dilihat apakah proyek ini benar-benar dibutuhkan sekarang atau bisa disesuaikan dengan kondisi daerah kita,” tegasnya.
Hermansyah menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor mobilitas dan ekonomi sebelum memutuskan pembangunan jembatan besar. Menurutnya, kita bisa melihat kota Dumai kenapa bisa dibangun jalan tol karena mobilitas tinggi dan perekonomian yang berkembang pesat. Selain itu, Dumai juga sebagai kota industri dan tujuan investasi. Jauh berbeda dengan proyek Jembatan Selat Bengkalis yang menghubungkan tiga kecamatan dengan aktivitas ekonomi yang belum tentu mendukung investasi besar seperti Dumai.
“Kita perlu melihat fakta di lapangan, apakah benar arus lalu lintas di sana tinggi dan ekonominya berkembang pesat? Jika tidak, tentu ada risiko dana besar itu akan kurang berdampak pada masyarakat luas. Sementara itu, banyak kebutuhan dasar di Bengkalis yang juga membutuhkan perhatian, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur jalan yang lebih mendesak,” tambah Hermansyah.
Hermansyah mengajak pemerintah daerah untuk memprioritaskan proyek yang langsung berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Ia menilai bahwa pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan di seluruh Bengkalis akan lebih langsung dirasakan manfaatnya.
“Bukan berarti kita menolak pembangunan jembatan, tetapi mari fokus dulu pada kebutuhan yang benar-benar mendesak dan langsung dirasakan oleh masyarakat. Jika jembatan ini nantinya benar-benar diperlukan dan telah melalui analisis yang matang, kita semua pasti akan mendukung,” jelasnya.
Untuk itu, Hermansyah mengajak masyarakat untuk berpikir rasional dan tidak mudah terbawa janji-janji yang belum tentu sesuai kenyataan. Menurutnya, proyek besar memang penting, tetapi hanya jika benar-benar dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi di lapangan.
“Mari kita semua, sebagai masyarakat, terus mengikuti dan mengawal rencana ini dengan kritis dan konstruktif. Kita ingin pembangunan yang tidak hanya besar dari segi anggaran tetapi juga nyata manfaatnya bagi kita semua,” tutup Hermansyah.
Pada kesempatan ini, Hermansyah mengingatkan, dukungan masyarakat akan datang dengan sendirinya jika proyek dijalankan dengan transparan dan sesuai kebutuhan yang paling mendesak. Diakhir pernyataannya, Hermansyah menyampaikan, bahwa kritikan ini untuk memastikan bahwa setiap langkah pembangunan di Bengkalis benar-benar memberi dampak positif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lap : RD
Komentar