oleh

Masa Kelam PAN Kepemimpinan Alfedri, Ini Kata Pengamat

Pekanbaru, Detaksatu.com : Pesta Demokrasi Tahun 2024 Sudah Final dan sudah di tetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU RI) 20 Maret 2024 yang lalu.

Berbagai dinamika Dalam perjalanan guna Memenangkan Pemilu 2024 dapat dikatakan terkesan brutal namun, begitulah kualitas demokrasi rakyat Indonesia di lapangan. Dampak dari praktek tingginya dugaan money politik dan pola kepemimpinan sangat berpengaruh kepada turun naiknya perolehan suara atau kursi di daerah pemilihan.

Hal tersebut disampaikan oleh James Bond. S. IP,. M.IP., Pengamat Politik asal Kuantan Singingi, berkomentar terkait salah satu partai besar yaitu Partai Amanat Nasional di provinsi Riau yang diketuai Alfedri yang mengalami penurunan perolehan suara hampir 13 ribuan.

Menurutnya, saat ditemui awak media di Arifin Ahmad, Rabu malam (27/03), Alfedri selaku Ketua DPW PAN di Riau, mengantarkan partai matahari besutan tokoh-tokoh Riau seperti alm. Tabrani Rab, Azlaini Agus, Juharman Arifin, Taufan Andoso Yakin dan lain sebagainya ke masa kelam yang patut disayangkan.

“Bagi saya, Bupati Siak tersebut, tidak mampu membawa PAN ke arah yang lebih baik dari Pemilu 2019,” ujarnya.

Disampaikannya, PAN Provinsi Riau dalam hitungan Pleno dari Kabupaten Kota sampai Propinsi Riau hanya mendapatkan sekitar 305 ribuan suara dan turun sekitar 13 ribu suara dari pemilu sebelumnya.

“Data yang kami tabulasi dari website KPU RI, beberapa partai besar mengalami kenaikan, dan PAN mengalami penurunan perolehan suara. Ha ini tentu akibat daripada pola kepemimpinan yang ada di tubuh PAN itu sendiri. Apakah ini akibat daripada dirinya selaku Ketua PAN di provinsi lebih fokus pada kemenangan menantunya di dapil Riau 1, sehingga kemudian resouces partai tidak dapat dijalankan dengan maksimal,” jelasnya.

Padahal menurut James Bond, dapil Riau 1 pun tidak menghasilkan peningkatan suara yang signifikan, tambahnya.

“Hadirnya menantu Alfedri disana, hanya menambah sekitar kurang dari 1.000 suara PAN di dapil Riau 1,” sambungnya. Sementara itu menurutnya, dapil Riau III, IV, dan VII mengalami penurunan yang mengerikan.

“Sangat disayangkan sekali, partai moderat seperti PAN harus kehilangan suara di tingkat provinsi, bahkan kehilangan kursi di dapil Riau 1 untuk DPR RI hanya karena manuver yang bagi saya selaku pengagum partai besutan Amin Rais ini tersungkur di provinsi yang selalu menyumbang suara tinggi,” katanya.

Mantan aktivis tersebut menambahkan, pola kepentingan yang mementingkan nafsu pribadi serta meninggalkan kepentingan bersama dalam membesarkan partai, tidak dapat dicontoh bagi siapa pun yang menahkodai partai politik.

James Bond. S. IP., M. IP yang juga Dosen ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dalam komentar tambahannya mengungkapkan, selain penurunan suara PAN, partai matahari ini juga hingga kini tidak kunjung mengajukan Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota legislatif PAN di kabupaten Bengkalis, yaitu Saukani alKarim.

“Kalau kehilangan kursi saja dengan tidak kunjung menyegerakan PAW di sebuah struktur yang kosong tidak bisa, maka wajar saja partai ini terseok-seok dalam kepemimpinan yang buruk. Artinya, Pilkada kali ini, saya yakin PAN sebagai partai yang kerap menang, saya yakin akan lemah di bumi Lancang Kuning. Kecuali, kepemimpinan Alfedri dievaluasi dengan objektif oleh struktur diatasnya,” tandas James.

James juga menyarankan seharusnya Alfedri Malu karena Menurut data yang kita himpun yang notabenenya ketua DPD yang juga bupati aktif hampir semua bupati kabupaten kota yang ada di Riau berhasil mengantarkan partainya menjadi pemenang. Beda jauh dengan partai PAN bahkan di daerah Siak Alfedri sebagai bupati pun kalah dan kurang satu kursi dari sebelumnya.

Lap : Vie

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru