oleh

Syafriadi: Semua Bisa Dilakukan Kalau Pekerjaan Itu Dinikmati

Pekanbaru, Detaksatu : ‘Setinggi-tinggi terbang bangau, akhirnya ke pelimbahan juga’. Pepatah ini agaknya berlaku buat tokoh pers DR H Syafriadi SH MH. Setelah 4 tahun menekuni pekerjaan menjadi Kepala Bagian kehumasan Universitas Islam Riau (UIR), sosok enerjik yang suka bercanda ini kembali ke ‘panggung’ media.

Banyak kesan yang ia peroleh selama 4 tahun di UIR. Katanya, bagi orang pers tak mudah untuk bisa bertahan selama itu. Sebab, pekerjaan yang ditekuni sangat terstruktur. Beda dengan dunia pers yang bebas sebebasnya.

Lebih jauh, berikut bincang ringan wartawandengan tokoh pers Riau yang sudah menasional ini di kantor Berazam.com, Selasa (2/10/2021).

Apa kabar pak Syaf, makin ceria tampaknya sekarang setelah kemarin Sertijab di UIR?
Alhamdulillah, sehat walafiat. Bisa diceritakan pengalaman anda menjadi Humas di UIR?
Saya diberi kepercayaan rektor UIR menjadi kepala bagian Humas dan protokoler UIR sejak 1 November 2017 sampai sekarang 1 November 2021.

Selain sebagai Kabag Humas, saya sekaligus menjadi dosen di Fakultas Hukum dan Prodi Ilmu Hukum Pasca Sarjana. Alhamdulillah, selama 4 tahun itu apa yang direncanakan untuk menjadi program kerja dapat dimaksimalkan, bahkan beberapa diantaranya melampaui target.

Apakah memilih menjadi Humas ini sudah direncanakan sebelumnya?
Sebenarnya saya tak pernah bermimpi untuk menjadi Humas. Karena saya paham, orang jurnalistik itu sulit untuk bertahan dalam satu jabatan tertentu yang diikat oleh waktu dan tempat. Terutama saya. Dan saya tidak tau apa pertimbangan rektor ketika itu memilih saya menjadi Kabag Humas. Mungkin karena saya berlatar jurnalis kali ya.

Apakah karena pekerjaan ini sesuatu yang baru dengan memiliki tantangan-tantangan yang membuat Anda menerima pekerjaan tersebut?

Tidak juga. Jauh sebelum ini saya juga pernah menjadi Humas di UIR bersama almarhum Hasbulah Zaini. Tapi hanya beberapa bulan saja. Selain itu, saya juga pernah menjadi Humas di Unilak pada masa rektor Bakir Ali. Itupun tidak lama, kurang dari satu tahun. Ini mengindikasikan kalau saya tidak bisa berada dalam ruang yang diikat oleh waktu. Tapi, alhamdulillah, semua bisa saya jalani di UIR selama 4 tahun dibawah rektor Prof DR H Syafrinaldi SH MCL. Disini saya menjalankan tugas pokok kehumasan dan protokoler di UIR.

Apa yang menyebabkan anda bisa bertahan selama 4 tahun di UIR?

Tidak ada resep khusus, kecuali memegang amanah yang telah diberikan oleh rektor. Pegang teguh amanah itu dilaksanakan, dan pekerjaannya dinikmati. Siapa yang bisa menikmati pekerjaannya, maka waktu terasa singkat. Perasaan baru kemarin saya dilantik jadi Kabag Humas, eh dah empat tahun yang lalu rupanya.

Lantas, mengapa posisi ini Anda lepas?

Sebenarnya rektor enggan melepas, namun saya punya pertimbangan lain untuk melepas jabatan tersebut. Ini terkait dengan media Tabloid AZAM yang dulu pernah kita dayung dan kelola bersama selama 20 tahun. Saya ingin nama AZAM itu selalu diingat orang. Ya, semacam AZAM Reborn lah! Hahaha…

Selama 4 tahun sejak 2017 itu kegiatan jurnalistik terabaikan. Karena tugas di Humas menyita waktu saya. Makanya di periode kepemimpinan pak rektor kali ini saya pamit dan kembali ke ‘tanah’ asal media. Tentu tanpa meninggalkan tugas pokok saya sebagai dosen di UIR.

Selama 4 tahun di UIR, apa yang sudah diraih?

Beberapa program pokok untuk menyebarluaskan informasi bisa kita maksimalkan dengan menggunakan saluran yang tersedia (Media cetak, online, elektronik). Sebagai jurnalis, bagi saya tidak terlalu sulit bekerjasama dengan kawan-kawan seprofesi untuk membantu tugas saya. Terutama menyangkut publikasi UIR di media cetak, elektronik, maupun medsos. Dan ini juga didukung teman-teman dikehumasan yang mempunyai kemampuan. Selain itu, kita juga diberi keleluasaan oleh rektor untuk berinovasi dalam hal dokumentasi dan publikasi.

Apakah banyak kendala yang dihadapi dalam menjalankan tugas kehumasan di UIR?

Praktis tak ada. UIR memiliki fasilitas dan sarana. Ada SDM, sarana dan infrastruktur yang memadai. Dan ini memudahkan saya menjalani tugas pokok kehumasan disana. Ibarat membangun rumah, saya memulainya dengan menggali pondasi. Kemudian memasang dindingnya, atapnya, sampai bangunan itu sempurna dan indah dipandang mata. Tinggal lagi bagaimana menata dan memenejnya, memaksimalkannya, sehingga program-program di bidang penyebarluasan informasi itu dapat dilakukan dengan baik. Saya senang, paling tidak selama 4 tahun itu bisa maksimal dalam menjalan kan tugas. Jika selama ini kehumasan hanya sebatas komplemen dari struktur universitas, sekarang sudah menjadi bagian terpenting dalam pengelolaan acara dan publikasi informasi.

Apa harapan Anda?

Saya berharap di bagian humas dan protokoler itu publikasi tetap dilanjutkan oleh pengganti saya. Karena dizaman tekhnologi informasi sekarang, publikasi menjadi bagian penting dan strategis. Kalau memakai istilah futurolog Alvin Toffler, saat ini kita sudah berada pada gelombang ketiga. Karakteristiknya menguasai tekhnologi. Siapa yang menguasai tekhnologi maka ia akan maju. Istilah sekarang itu revolusi industri 4.0. dalam dunia revolusi industri itu, informasi menjadi bagian terpenting dalam aspek kehidupan manusia. Sekarang bertaburan saluran informasi yang bisa diakses. Terutama Medsos, twetter, IG, YouTube, dan lainnya. Bahkan banyak bermunculan youtuber-youtuber yang ‘menyanyikan’ beragam informasi.

Laporan : vie/rls

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru